Sabtu, 24 Desember 2016

A.     SKETSA
Sketsa merupakan pemikiran, ide-ide dan imajinasi suatu proyek atau karya arsitektur, sebelum hal tersebut dikembangkan lebih lanjut. Presentasi sketsa sangat luas, karena hal ini sangat tergantung kepada arsiteknya (pribadi). Setiap arsitek mempunyai gaya dan karakter garis sendiri dalam membuat sketsa, sehingga sifat sketsa adalah sangat pribadi dan otentik.
Antara ide (gagasan atau imajinasi), sketsa dan arsitek adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan secara tegas dan jelas. Ide atau gagasan awal yang berupa sketsa, sangat menentukan bagaimana karakter rencana akan terekspresikan.
Pada taraf sketsa, perihal yang kecil-kecil atau detail-detailnya belum terlihat, karena itu ada dalam tahap rencana selanjutnya sketsa dapat mengalami perubahan-perubahan dan atau penyempurnaan. Dikenal tiga macam tekni untuk mempresentasikan gambar-gambar, yaitu :
-        Teknik garis (line)
-        Teknik intensitas nada (tone)
-        Teknik kombinasi garis dan nada
Adapun fungsi sketsa adalah untuk membantu atau mempermudah orang lain dalam membaca atau mengerti hasil karya arsitek, sebelum karya itu dilaksanakan. Sejauh sketsa dapat komunikatif bagi awam yang melihatnya, maka sketsa tersebut dapat dikatakan mendekati sempurna, dalam arti adanya persesuaian antara gagasan atau imajinasi dan pengungkapan ke dalam sketsa. Itulah sebenarnya fungsi mempresentasikan sketsa dalam profesi arsitek.
Dalam menciptakan bentuk-bentuk yang memuaskan kesadaran keindahan kita, dibutuhkan adanya seorang perencana yang memiliki kepekaan terhadap keindahan di sekelilingnya, selanjutnya mampu menjelmakan rasa keindahan itu di dalam karyanya.
Untuk menyampaikan dengan jelas dan indah, maka perlu penguasaan terhadap teknik menggambar. Dalam hal ini prinsip atau tata cara menggambar meliputi :
1.      Komposisi
Komposisi merupakan suatu susunan dari beberapa unsur yang tersusun secara seimbang dan serasi. Apabila kita menggambar suatu panorama atau lansekap atau visualisasi perspektif sebenarnya kita mengisi dan menyusun beberapa unsur bentuk-bentuk, bidang, garis, beberapa warna, tekstur dan sebagainya. Semua unsur tersebut disusun sedemikian rupa sehingga merupakan perpaduan beberapa unsur yang tersusun seimbang dan serasi, enak tidak dan tidak lebih (equilibirium = keseimbangan yang sempurna), yaitu tidak kurang dan tidak lebih. Bila suatu komposisi yang baik, dikurangi datu garis atau ditambah satu titik, maka akan terasa tidak seimbang lagi. Tercapainya suatu komposisi yang serasi dan seimbang hanya dapat dihasilkan oleh perasaan estetis kita, dengan kata lain tidak dapat diperhitungkan dengan matematis atau eksak.


a.      Kesatuan
Adalah organisasi antara beberapa unsur yang saling bergantung satu sama lain, tidak terpisahkan. Bila salah unsur memisahkan diri, berarti kesatuan tersebut tidak tercapai. Suatu komposisi yang baik harus mempunyai kesatuan yang kompak antara unsur-unsur yang tersusun di dalamnya, termasuk faktor keseimbangan, tekanan dan irama.
`

b.      Tekanan
Di dalam mengatur suatu komposisi, selain memperhatikan kesatuan, perlu juga diperhatikan emphasis, yaitu aksen dan tekanan. Aksen dapat berupa warna yang gelap (warna yang mempunyai intensitas atau daya pancar tinggi), warna kontras tekstur atau penonjolan dari suatu bentuk dengan tujuan untuk memberikan variasi. Untuk kompisisi, ritme berfungsi agar komposisi tidak monoton atau membosankan.
Bila menyusun komposisi dari suatu panorama, tekanan tersebut dapat berupa suatu penonjolan dari bentuk pohon, gedung atau benda lainnya, bayangan pada rumput, silhoute dari pohon dengan latar belakang langit cerah, tekstur dari dinding, awan putih dengan latar belakang langit gelap.

c.      Keseimbangan
Jika titik pusat perhatian telah dibentuk, maka semua bagian komposisi yang lain diatur di sekelilingnya sehingga tiap-tiap bagian mendapat penekanan-penekanan yang sesuai.
Bagian-bagian itu direnderiing dengan nilai-nilai garis yang seimbang, tidak terlalu gelap ataupun terang. Permainan terang dan gelap dalam rendering sangat menentukan apakah hasil gambar menjadi monoton atau mempunyai irama tekanan yang seimbang.
Suatu cara yang baik untuk memeriksa keseimbangan kompsisi dan tetap menjaga elemen utama merupakan hal yang penting, yaitu mengecek daerah yang ditempati elemen utama lebih dominan daripada daerah yang ditempati elemen “background’ maupun elemen “foreground”. Perlu diingat “bahwa suatu daerah kecil yang gelap dapat mengimbangi daerah besar yang terang”.

d.      Irama
Beberapa bentuk yang berbeda ukurannya atau bentuk yang disusun selang-seling atau cara perletakan yang bervariasi, semua itu dapat pula memberikan perasaan gerak yang berirama. Bentuk irama tersebut pada dasarnya dapat memberikan dinamika atau gerak, variasi, menghilangkan perasaan monoton, membosankan pada suatu komposisi.

2.      Proporsi
Proporsi adalah ukuran yang diperbandingkan, misal ukuran orang dengan suatu bangunan atau benda dengan benda lainnya.

3.      Sudut pandang
Seorang arsitek harus pandai memilih sudut pandangan yang paling menarik dari objek ciptaannya untuk digambarkan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan orang dapat menikmati keindahan karya arsitek hanya melalui presentasi gambar perspektif. Gambar-gambar teknis berupa denah, potongan dan tampak sulit dimengerti.
Sebuah objek dapat dipandang dari :
a.      Tampak depan, samping, belakang, menyudut
b.      Memandang dari suatu arah dengan membedakan ketinggian horison pengamat
c.      Memandang dari suatu arah dengan membedakan pengamat dekat atau jauh dari objek.

Gambar-gambar berikut memperlihatkan perbedaan ketinggian horizon. Untuk pemilihan jenis ketinggian horizon ini disesuaikan dengan maksud arsitek, misalnya hendak menunjukkan keindahan halaman rumah, atau bagian-bagian lain yang menarik.
Gambar 127 :    Ketinggian horizon sama dengan ketinggian mata
Gambar 128 :    Ketinggian horizon lebih rendah dari ketinggian mata
Gambar 129 :    Ketinggian horizon lebih tinggi dari ketinggian mata, memperlihatkan bangunan secara keseluruhan termasuk pekarangan, dikenal juga dengan “perspektif mata burung”.
4.      Kesan tiga dimensi
Kesan tiga dimensi dapat dicapai dengan adanya :
a.      Kontras
b.      Naung dan bayangan

5.      Elemen-elemen penunjang
Sebuah gambar arsitektur akan jadi lengkap dan sempurna bila gambar tersebut memuat elemen-elemen penunjangnya, yaitu : manusia, pohon dan kendaraan.
Dengan adanya ketiga elemen tersebut, imajinasi suasana gambar akan terlihat, lebih jauh lagi gambar akan menimbulkan kesan keadaan yang sebenarnya atau keadaan yang akan dicapai.
Selain itu elemen-elemen tersebut juga bermanfaat sebagai faktor pembanding atau skala antara objek atau gambar bangunan itu sendiri dengan lingkungannya.
a.      Manusia
Yang paling utama dalam penggambaran figur manusia adalah perbandingan antara masing-masing bagian tubuh manusia itu. Bagian yang terpenting adalah kepala, badan, kaki dan tangan. Kemudian perbandingan antara pria dan wanita, manusia dewasa dan anak-anak secara umum.
Disamping itu perlu juga diperhatikan dinamika manusia atau aktivitas manusia. Gerak manusia ini selalu ditentukan oleh aktivitas dan fungsi manusia itu sendiri.

Hal penting yang perlu diperhatikan adalah :
-       Perletakan terhadap horizon ; umumnya tinggi mata atau kepala selalu segaris dengan horizon, kecuali posisi yang menggambar berada di atas atau di bawah objek.
-       Proporsi dan bentuk organ-organ manusia dalam kondisi bergerak yang dihentikan.
b.      Pohon
Unsur pohon merupakan pelengkap dari suatu gambar arsitektur. Untuk menggambar pohon ini pertama-tama harus memperhatikan bentuk dari pohon itu sendiri, batang, cabang-cabang serta bentuk daunnya.

c.      Kendaraan
Sama halnya dengan pohon, kendaraan juga merupakan pelengkap suatu gambar arsitektur. Dengan adanya kendaraan perbandingan atau proporsi komponen-komponen pada gambar semakin jelas terlihat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar