A. SKETSA
Sketsa merupakan pemikiran,
ide-ide dan imajinasi suatu proyek atau karya arsitektur, sebelum hal tersebut
dikembangkan lebih lanjut. Presentasi sketsa sangat luas, karena hal ini sangat
tergantung kepada arsiteknya (pribadi). Setiap arsitek mempunyai gaya dan
karakter garis sendiri dalam membuat sketsa, sehingga sifat sketsa adalah
sangat pribadi dan otentik.
Antara ide (gagasan atau
imajinasi), sketsa dan arsitek adalah tiga hal yang tidak dapat dipisahkan
secara tegas dan jelas. Ide atau gagasan awal yang berupa sketsa, sangat
menentukan bagaimana karakter rencana akan terekspresikan.
Pada taraf sketsa, perihal
yang kecil-kecil atau detail-detailnya belum terlihat, karena itu ada dalam
tahap rencana selanjutnya sketsa dapat mengalami perubahan-perubahan dan atau
penyempurnaan. Dikenal tiga macam tekni untuk mempresentasikan gambar-gambar,
yaitu :
-
Teknik
garis (line)
-
Teknik
intensitas nada (tone)
-
Teknik
kombinasi garis dan nada
Adapun fungsi
sketsa adalah untuk membantu atau mempermudah orang lain dalam membaca atau
mengerti hasil karya arsitek, sebelum karya itu dilaksanakan. Sejauh sketsa
dapat komunikatif bagi awam yang melihatnya, maka sketsa tersebut dapat
dikatakan mendekati sempurna, dalam arti adanya persesuaian antara gagasan atau
imajinasi dan pengungkapan ke dalam sketsa. Itulah sebenarnya fungsi
mempresentasikan sketsa dalam profesi arsitek.
Dalam
menciptakan bentuk-bentuk yang memuaskan kesadaran keindahan kita, dibutuhkan
adanya seorang perencana yang memiliki kepekaan terhadap keindahan di
sekelilingnya, selanjutnya mampu menjelmakan rasa keindahan itu di dalam
karyanya.
Untuk
menyampaikan dengan jelas dan indah, maka perlu penguasaan terhadap teknik
menggambar. Dalam hal ini prinsip atau tata cara menggambar meliputi :
1.
Komposisi
Komposisi merupakan suatu susunan dari beberapa unsur
yang tersusun secara seimbang dan serasi. Apabila kita menggambar suatu
panorama atau lansekap atau visualisasi perspektif sebenarnya kita mengisi dan
menyusun beberapa unsur bentuk-bentuk, bidang, garis, beberapa warna, tekstur
dan sebagainya. Semua unsur tersebut disusun sedemikian rupa sehingga merupakan
perpaduan beberapa unsur yang tersusun seimbang dan serasi, enak tidak dan
tidak lebih (equilibirium = keseimbangan yang sempurna), yaitu tidak kurang dan
tidak lebih. Bila suatu komposisi yang baik, dikurangi datu garis atau ditambah
satu titik, maka akan terasa tidak seimbang lagi. Tercapainya suatu komposisi
yang serasi dan seimbang hanya dapat dihasilkan oleh perasaan estetis kita, dengan
kata lain tidak dapat diperhitungkan dengan matematis atau eksak.
a.
Kesatuan
Adalah
organisasi antara beberapa unsur yang saling bergantung satu sama lain, tidak
terpisahkan. Bila salah unsur memisahkan diri, berarti kesatuan tersebut tidak
tercapai. Suatu komposisi yang baik harus mempunyai kesatuan yang kompak antara
unsur-unsur yang tersusun di dalamnya, termasuk faktor keseimbangan, tekanan
dan irama.
`
b.
Tekanan
Di dalam
mengatur suatu komposisi, selain memperhatikan kesatuan, perlu juga
diperhatikan emphasis, yaitu aksen dan tekanan. Aksen dapat berupa warna yang
gelap (warna yang mempunyai intensitas atau daya pancar tinggi), warna kontras
tekstur atau penonjolan dari suatu bentuk dengan tujuan untuk memberikan
variasi. Untuk kompisisi, ritme berfungsi agar komposisi tidak monoton atau membosankan.
Bila
menyusun komposisi dari suatu panorama, tekanan tersebut dapat berupa suatu
penonjolan dari bentuk pohon, gedung atau benda lainnya, bayangan pada rumput,
silhoute dari pohon dengan latar belakang langit cerah, tekstur dari dinding,
awan putih dengan latar belakang langit gelap.
c.
Keseimbangan
Jika titik
pusat perhatian telah dibentuk, maka semua bagian komposisi yang lain diatur di
sekelilingnya sehingga tiap-tiap bagian mendapat penekanan-penekanan yang
sesuai.
Bagian-bagian
itu direnderiing dengan nilai-nilai garis yang seimbang, tidak terlalu gelap
ataupun terang. Permainan terang dan gelap dalam rendering sangat menentukan
apakah hasil gambar menjadi monoton atau mempunyai irama tekanan yang seimbang.
Suatu cara
yang baik untuk memeriksa keseimbangan kompsisi dan tetap menjaga elemen utama
merupakan hal yang penting, yaitu mengecek daerah yang ditempati elemen utama
lebih dominan daripada daerah yang ditempati elemen “background’ maupun elemen
“foreground”. Perlu diingat “bahwa suatu daerah kecil yang gelap dapat
mengimbangi daerah besar yang terang”.
d.
Irama
Beberapa
bentuk yang berbeda ukurannya atau bentuk yang disusun selang-seling atau cara
perletakan yang bervariasi, semua itu dapat pula memberikan perasaan gerak yang
berirama. Bentuk irama tersebut pada dasarnya dapat memberikan dinamika atau
gerak, variasi, menghilangkan perasaan monoton, membosankan pada suatu
komposisi.
2.
Proporsi
Proporsi adalah ukuran
yang diperbandingkan, misal ukuran orang dengan suatu bangunan atau benda
dengan benda lainnya.
3.
Sudut
pandang
Seorang arsitek
harus pandai memilih sudut pandangan yang paling menarik dari objek ciptaannya
untuk digambarkan. Hal ini disebabkan karena kebanyakan orang dapat menikmati
keindahan karya arsitek hanya melalui presentasi gambar perspektif.
Gambar-gambar teknis berupa denah, potongan dan tampak sulit dimengerti.
Sebuah objek
dapat dipandang dari :
a.
Tampak
depan, samping, belakang, menyudut
b.
Memandang
dari suatu arah dengan membedakan ketinggian horison pengamat
c.
Memandang
dari suatu arah dengan membedakan pengamat dekat atau jauh dari objek.
Gambar-gambar
berikut memperlihatkan perbedaan ketinggian horizon. Untuk pemilihan jenis
ketinggian horizon ini disesuaikan dengan maksud arsitek, misalnya hendak
menunjukkan keindahan halaman rumah, atau bagian-bagian lain yang menarik.
Gambar 127 : Ketinggian
horizon sama dengan ketinggian mata
Gambar 128 : Ketinggian
horizon lebih rendah dari ketinggian mata
Gambar 129 : Ketinggian
horizon lebih tinggi dari ketinggian mata, memperlihatkan bangunan secara
keseluruhan termasuk pekarangan, dikenal juga dengan “perspektif mata burung”.
4.
Kesan
tiga dimensi
Kesan tiga
dimensi dapat dicapai dengan adanya :
a.
Kontras
b.
Naung
dan bayangan
5.
Elemen-elemen
penunjang
Sebuah gambar arsitektur
akan jadi lengkap dan sempurna bila gambar tersebut memuat elemen-elemen
penunjangnya, yaitu : manusia, pohon dan kendaraan.
Dengan
adanya ketiga elemen tersebut, imajinasi suasana gambar akan terlihat, lebih
jauh lagi gambar akan menimbulkan kesan keadaan yang sebenarnya atau keadaan
yang akan dicapai.
Selain itu
elemen-elemen tersebut juga bermanfaat sebagai faktor pembanding atau skala
antara objek atau gambar bangunan itu sendiri dengan lingkungannya.
a.
Manusia
Yang paling
utama dalam penggambaran figur manusia adalah perbandingan antara masing-masing
bagian tubuh manusia itu. Bagian yang terpenting adalah kepala, badan, kaki dan tangan. Kemudian perbandingan antara pria dan wanita, manusia
dewasa dan anak-anak secara umum.
Disamping
itu perlu juga diperhatikan dinamika manusia atau aktivitas manusia. Gerak
manusia ini selalu ditentukan oleh aktivitas dan fungsi manusia itu sendiri.
Hal penting
yang perlu diperhatikan adalah :
-
Perletakan
terhadap horizon ; umumnya tinggi mata atau kepala selalu segaris dengan
horizon, kecuali posisi yang menggambar berada di atas atau di bawah objek.
-
Proporsi
dan bentuk organ-organ manusia dalam kondisi bergerak yang dihentikan.
b.
Pohon
Unsur pohon
merupakan pelengkap dari suatu gambar arsitektur. Untuk menggambar pohon ini
pertama-tama harus memperhatikan bentuk dari pohon itu sendiri, batang,
cabang-cabang serta bentuk daunnya.
c.
Kendaraan
Sama halnya
dengan pohon, kendaraan juga merupakan pelengkap suatu gambar arsitektur.
Dengan adanya kendaraan perbandingan atau proporsi komponen-komponen pada
gambar semakin jelas terlihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar